top of page

Cheng Beng, antara Legenda, potensi Budaya dan Ekonomi.Cheng Beng, antara Legenda, potensi Budaya dan Ekonomi.

Tgl 5 april 2015 kembali akan di peringati sebagai hari Sembahyang Kubur, sejak tgl 25 maret 2015 s/d 15 april 2015 , kesibukan di bandara, travel, hotel , penjual barang sembahyang, penjual makanan dan tukang becak serta tukar jaga kuburan dan pemuda setempat/parkir sekalipun mulai merasakan manfaat dan lonjakan penghasilan, pada masa masa ini dimulailah suatu kebiasaan yg kita sebut sembahyang Kubur atau Cheng Beng. Sebenarnya sembahyang kubur dikenal bukan saja dikalangan Buddhis dan Tao tapi juga dikalangan islam dan kristen, hanya momen perayaan saja yg berbeda beda, islam merayakan ziarah kubur beberapa hari sebelum Idul Fitri, sedang Kristen melakukan ziarah sebelum datangnya paskah.. Jadi kebiasaan yg baik ini memang telah ada dan di sampaikan oleh nabi masing2 dengan moment berbeda, tujuannya jelas yaitu mengajarkan kita agar selalu menghormati para leluhur, orang tua dan sanak saudara kita, perhatian dan peringatan kepada mereka yg paling berjasa kepada kita

 

Ada pesan moral penting dari perayaan ceng beng yaitu Manusia semasih hidup, jarang diperhatikan, sesudah meninggal memberikan persembahan yg terbaik pun tak mampu mengantikan perlakukan dan pelayanan sewaktu seseorang itu masih hidup.
Bila saat ini orang tua kita masih ada, masih sehat, berikanlah kepada mereka persembahan yg terbaik, kasih sayang dan perhatian, makanan yg enak untuk mereka rasakan saat ini. Bakti yg terpenting adalah saat ini. Lakukanlah sekarang sebelum semua menjadi terlambat.

Moment ziarah/sembahyang kubur kini menjadi satu tradisi yg wajib dilakukan oleh seluruh Umat manusia, tidak hanya pada saat Ceng beng tapi juga pada paskah dan lebaran.. Hanya saja biasanya karena para etnis tionghua yg banyak hidup merantau keluar daerah diluar kampung halamannya, maka kegiatan ceng beng juga berpotensi mengerakkan sisi ekonomi .

Cobalah kita melirik ke kuburan etnis tionghua yg ada diseluruh negeri ini, maka kita akan melihat ada kegiatan keramaian dan asap bakaran kertas dan gaharu dimana mana yg menandakan khusuknya mereka melakukan kegiatan ibadah terhadap sanak famili, org tua dan leluhur mereka.

Ching Beng sendiri berasal kata Ching ( bersih ) dan Beng (jelas/ terang) berarti hari yg terang dimana panjang waktu siang dan malam sama, legenda ceng beng juga berasal dari dataran China yg dipelihara sampai sekarang ini, awalnya berasal dari cerita seorang raja yg pada masa kecil dibesarkan dilingkungan Vihara, kehilangan jejak org tua dan leluhurnya karena tidak mengetahui dimana dan siapa orang tuanya. Setelah mengetahui kampung kelahirannya, si raja masih blum mendapatkan kuburan orang tuanya, maka dibuatlah himbauan agar masyarakat desa tsb membuat acara sembahyang kubur para leluhur mereka masing masing, dan bagi yg telah melakukan ziarah dan sembahyang agar mengantungkan kertas dan tanda di atas kuburan mereka, setelah semua penduduk siap melakukan sembahyang Kubur tsb, maka akhirnya terdapatlah beberapa sisa kuburan yg belum ditandai, maka oleh raja tsb, sisa kuburan yg belum ditandai itulah menjadi kuburan leluhur dan org tua raja tsb. Kebiasaan baik tsb tetap dilakukan dan dipelihara sampai sekarang ini..

Ceng beng sekarang juga menjadi sarana bersilahturami antar sesama anggota keluarga, sesama famili dan juga sesama alumni, kegembiraan berkumpul yg jarang terjadi karena tugas dan kegiatan masing masing sekarang ini banyak dilakukan pada saat ceng beng ini. Jadi Ceng beng merupakan suatu kegiatan positip yg selain mendekatkan diri secara vertikal antara kita dan leluhur maupun Tuhan Yang Maha Kuasa, juga mendekatkan hubungan horizontal sesama manusia yg harmonis antara sesama keluarga, famili dan sesama teman dan alumni.

Jadi potensi budaya atau kebiasaan baik masing masing etnis harus dipelihara dan di beri ruang, sehingga potensi budaya ini selain menjadi potensi keragaman budaya juga membawa potensi ekonomi yang tidak sedikit.. Kiranya perayaan ceng beng atau sembahyang kubur ini  bisa  menyadarkan kita , bahwa perbedaan budaya bukan merupakan suatu kelemahan, tapi merupakan satu kekuatan yg perlu kita pelihara secara terus menerus, seperti tercetus pada  semboyan Bhinneka Tunggal Ika.


Semoga bermanfaat...

 

  • https://plus.google.com/117167403531
  • Twitter Square
  • facebook-square
bottom of page